Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Seperti halnya prinsip humanisme, pluralisme dan semangat kegotong


penyimpangan sosial yang seutuhnya akibat PS mencatat pada tahun 1971 penduduk Indonesia berjumlah 119.208.229 jiwa dan data terakhir dari hasil sensus penduduk meningkat 2 kali sebanyak 237.641.326 jiwa pada tahun 2010. Penduduk yang banyak, seyogyanya menjadikan Indonesia sebagai negara yang potensial dalam pengembangan sumber daya manusianya. Berbekal jumlah penduduk yang banyak pula, Indonesia kaya akan kesenian dan kebudayaan yang menjadi kearifan lokal di berbagai penjuru daerah.

Salah satu syarat yang menjadi fenomena aktual bagi sebuah negara menuju kemajuan adalah adanya Globalisasi. Globalisasi, sejatinya secara implisit telah mempengaruhi nilai-nilai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita. Terjadinya akulturasi yang melanggengkan dominasi budaya barat terhadap budaya pribumi seolah menjadi hal yang mustahil untuk dibendung. Alhasil, dengan jumlah penduduk yang banyak, Indonesia menjadi rentan terhadap gempuran Westernisasi. Maka tidak heran, banyak terjadi penyimpangan sosial yang seutuhnya akibat kegagapan kita menghadapinya.

Seperti halnya prinsip humanisme, pluralisme dan semangat kegotong-royongan yang dipegang teguh oleh leluhur bangsa ini, potensi penduduk yang banyak sepatutnya bisa menjadikan kehidupan bermasyarakat kita lebih baik. Alangkah celakanya, bila prinsip itu dikesampingkan dan dijustifikasi kolot, konservatif atau statis. Pada saat sekarang justru Indonesia tengah berada pada krisis karakter, dimana penduduknya seperti buih di lautan yang terombang-ambing oleh gencaran budaya luar.

Pada tahun 2012, Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia tercatat sebesar 73,29 dengan rata-rata peningkatan setiap tahunnya sebesar 0,9 %. Artinya, angka tersebut belum memuaskan apabila dilihat dari fenomena yang